Selasa, 20 Januari 2009

ASKEP TRAUMA ESOFAGUS

A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Trauma adalah adalah cedera, baik fisik atau psikis (Dorland, 1998) ,trauma esofagus adalah benda baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tesangkut dan tejepit di esophagus karena tertelan. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

2. Etiologi
pada anak penyebabnya antara lain adalah anomaly congenital, termaksud stenosis congenital, web, fistel trauma esophagus, dan pelebaran pembulu darah. Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.

3. Patofisiologi
Ketika benda asing masuk kedalam esophagus dapat membentuk suatu peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat mengganggu system pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trachea, dimana trachea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.


4. Manifestasi Klinik
Gejalah sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri dipunggung. Terdapat rasa tercekik, rasa tersumbat ditenggorok, batuk, muntah, disfagiah, berat badan menurun, demam, hipersalifasi, regurgitasi dan gangguan napas. pada pemeriksaan fisik terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul prokresif pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronghi, demam abses leher empisema subkutan, berat badan menurun, gangguan pertumbuhan dan obstruksi saluran napas.

5. Penatalaksanaan
Pasien dirujuk di rumah sakit untuk dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskofi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya untuk benda asing, tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segerah dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurai perforasi kecil, segerah dipasang pipa nasogastar agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposteriol dan iteral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya sedangkan bila radiolusen, dapat diketahui benda implamasi periesofagus atau hiperint plamasi hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling defect persisistent. dapat dilakukan tomografi computer. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

7. Komplikasi
laserasi mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. perforasi dapat menimbulkan selulitis local dan fistel esophagus. Gejala dan tanda ferforasi esofagus dan antara lain episema subkutis atau mediastinum. Krepitasi kulit didaerah leher atau dada atau pembengkakan leher, kaku leher, demam, mengigil, gelisa, takikardi, takipnea, nyeri yang menjalar kepunggun, dan retrosternal, epigastrium. penjalaran ke pleura menimbulkan pneumotoraks dan piotoraks. Bila lama berada diesofagus menimbulkan jaringan granulasi dan radang oeriesofagus. benda asing seperti batere alkali menimbulkan toksititas intrinsik local dan sistemik dengan reaksi edema dan implamasi local. Trauma esofagus juga bisa mengakibatkan tumor esofagus dimana bila adanya riwayat tertelan zat korosit yang menyebabkan peradangan kronis pada esofagus yang menyebabkan klaina pada esofagus.


B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
 Nyeri pada saat menelan
 Nyeri substernal
 Perasaan penuh
 Ketakutan dan ansietas
 Penurunan berat badan
 Napas busuk dan batuk
 Suara serak dan batuk
 Paralise diagfragma

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esofagus
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan disfagia
c. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit
d. Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk
e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kuranya informasi mengenai perawatan rumah.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan implamasi pada esofagus



3. Intervensi
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esofagus
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
1. Kaji pola napas klien
R/ : Untuk mengetahui sejauh mana pola napas pasien sebaga indikator intervensi selanjutnya.
2. Pertahankan tira baring jika kondisi memerlukannya
R/ : Tira baring dapat membantu relaksasi otot-otot pernapasan
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat (posisi semi fowler)
R/ : Posisi semi fowler (posisi duduk 30 sampai 45 derajat) mengurangi penekanan abdominalis terhadap diafragma.
4. Hindari posisi terlentang
R/ : Posisi terlentang dapat membuat penekanan abdominalis terhadap diafragma sehingga ekspansi paru tidak maksimal.
5. lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan
R/ : Pengisapan orotrakeal membantu pengeluaran mukus yang menyumbat jalan napas.



b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan disfagia
Tujuan : Masukan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang
1. kaji kemampuan pasien untuk menelan cairan dan makanan
R/ : Untuk mengidentifikasi kemampuan pasien menelan cairan dan makanan guna intervensi selanjutnya.
2. Ukur masukan dan haluaran
R/ : Untuk mengetahui seberapa banyak kebutuhan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan klien.
3. Beri dukungan kepada pasien untuk mengunya makanan dengan baik, untuk mengigit dalam jumlah kecil, dan untuk makan pelan
R/ : Jika makanan dalam bentuk halus maka membantu proses pencernaan
4. Bantu pemberian makanan jika perlu
R/ : Membantu pemenuhan nutrisi klien
5. Bantu dalam pemasangan selang NG jika dipesankan
R/ : Membantu pemenuhan nutrisi dengan selang NG
6. Libatkan ahli gizi dalam bantuan perencanan tipe khusus dari makanan
R/ : Untuk pemenuhan nutrisi yang seimbang.



c. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri
1. Kaji nyeri, lokasi, karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeri
R/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya
2. Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi)
R/ : Pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri
3. Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam
R/ : Posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.
4. Berikan analgesik jika dipesankan
R/ : Analgesic dapat mengurangi nyeri.
d. Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk
Tujuan : Pasien atau orang terdekat memberikan perawatan mengungkapkan rasa takut dan ansietas dan menggunakan mekasisme koping efektif
1. Kaji kemampuan pasien dan orang terdekat untuk mengkomunikasikan perasaan
R/ : Mengkomunikasikan/mendiskusikan masalah dapat membantu mengurangi rasa cemas.
2. Bantu dalam menangani reaksi emosional terhadap proses penyakit
R/ : Membantu klien menangani masalah membuat klien dan keluarga merasa diperhatikan serta tidak merasa sendirian.

3. Dorong dan berikan waktu untuk mengungkapkan masalah
R/ : Mengungkapkan masalah dapat membantu menghilangkan rasa cemas.
4. Kambangkan arti komunikasi jika pasien mengalami kesukaran berbicara
R/ : Komunikasi yang baik dapat membantu menyelesaikan masalah dan mengurangi kecemasan.
e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangya informasi.
Tujuan : Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi.
1. Intruksikan pasien atau orang terdekat mengenai tipe dan perawatan selang yang diperlukan untuk selang gastrostomi
R/ : Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan selang gastrostomi
2. Diskusikan dan ajarkan penatalaksanaan nyeri dan pemberian injeksi jika dipesankan
R/ : Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai proses penatalaksanaan penyakit.
3. Diskusikan jadwal radiasi atau penatalaksanaan kemoterapi.
R/ : Penatalaksanaan kemoterapi menjadi suatu masalah berhubungan dengan efek yang ditimbulkannya.
4. Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan perjanjian evaluasi dengan dokter
R/ : Evaluasi dokter menjadi sumber informasi pada klien dan keluarga.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
1. Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
R/ : Untuk mendeteksi sedini mungkin adanya tanda-tabda infeksi
2. Periksa tanda-tanda vital, demam, mengigil
R/ : TTV merupakan acuan terjadinya Infeksi
3. Tekankan higiene personal
R/ : Personal hygiene dapat mencegah timbulnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi
4. Kolaborasi mengenai pemberian antibiotik
R/ : Pemberian antibiotic dapat mencegah infeksi


4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.







5. Evaluasi
a. Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
b. Masukan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang
c. Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada relaksasi
d. Pasien atau orang terdekat memberikan perawatan mengungkapkan rasa
e. Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi.
f. Tidak terjadi infeksi

0 komentar: