Rabu, 21 Januari 2009

TULI KONDUKTIF

A.Konsep dasar medis

a.Pengertian

Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini “reversible” karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah. (Purnawan Junadi,dkk. 1997, hal. 238)

b.Etiologi

1.Kelainan bawaan (Kongenital)
Atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah, kelainan posisi tulang-tulang pendengaran dan otosklerosis.
Penyakit otosklerosis banyak ditemukan pada bangsa kulit putih
2.Gangguan pendengaran yang didapat, misl otitis media

c.Patofisiologi

Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bias saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

d.Manisfestasi Klinik

-rasa penuh pada telinga
-pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar
-rasa gatal
-trauma
-tinnitus


e.Penatalaksanaan

Liang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan, Tes garputala

f.pemeriksaan diagnostic
Audiometri
X-ray



B.Konsep dasar keperawatan

a.Pengkajian
Riwayat : identitas pasien, riwayat adanya kelainan nyeri, infeksi saluran nafas atas yang berulang, riwayat infeksi
nyeri telinga
rasa penuh dan penurunan pendengaran
suhu meningkat
malaise
vertigo
Aktifitas terbatas
Takut menghadapi tindakan pembedahan.

b.Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2.Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengah
3.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
4.Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore
5.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
6.Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan


c.Intervensi Keperawatan

1.Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri

1.kaji nyeri, lokasi,karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeri
R/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya
2.ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi)
R/ : pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri
3.ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam
R/ : posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.
4.berikan analgesik jika dipesankan
R/ : analgesic dapat mengurangi nyeri.

2.Gangguan sensori / persepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengah
Tujuan : Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik

1.Kaji tingkat gangguan persepsi pendengaran klien
R/ : untuk mengukur tingkat pendengaran pasien guna intervensi selanjutnya
2.Berbicara pada bagian sisi telinga yang baik
R/ : berbicara pada bagian sisi telinga yang baik dapat membatu klien dalam proses komunikasi
3.Bersihkan bagian telinga yang kotor
R/ : telinga yang bersih dapat membantu dalam proses pendengaran yang baik
4.Kolaborasi dengan dokter dengan tindakan pembedahan
R/: tindakan pembedahan dapat membatu klien memperoleh pendengaran yang baik



3.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas dengan baik

1.Kaji tingkat intoleransi klien
R/ : Untuk mengetahui tingkat aktivitas klien guna intervensi selanjutnya
2.Bantu klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
R/ : Bantuan terhadap aktifitas klien dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan klien
3.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan
R/ : Aktivitas yang ringan dapat membantu mengurangi energy yang keluar
4.Libatkan keluarga untuk proses perawatan dan aktivitas klien
R/ : Keluarga memiliki peranan penting dalam aktifitas sehari-hari klien selama perawatan
5.Ajurkan klien untuk istirahat yang cukup
R/ : Istirahat yang cukup dapat mebantu meminimalkan pengeluaran energy.

4.Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otorrhea.
Tujuan : pola koping klien adekuat

1.Kaji tingkat koping klien terhadap penyakit yang dialaminya
R/ : Untuk mengetahui tingkat koping pasien terhadap penyakitnya guna intervensi selanjutnya.
2.Kaji tingkat pola koping keluarga terhadap penyakit yang dialami klien
R/ : Pola koping keluarga mempengaruhi koping pasien terhadap penykitnya
3.Berikan informasi yang adekuat mengenai penyakit yang dialami klien.
R/ : Informasi adekuat dapat memperbaiki koping pasien terhadap penyakitnya
4.Berikan motivasi kepada klien dalam menghadapi penyakitnya
R/ : Motivasi dapat membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani pengobatan sehingga klien tidak merasa sendirian.
5.Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien.
R/ : Motivasi dari keluarga sangat membantu proses koping pasien.

5.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
Tujuan : klien dapat mengerti mengenai penyakitnya.

1.Kaji tingkat pendidikan klien
R/ : Untuk mengetahui tingkat pendidikan klien guna intervensi selanjutnya
2.Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prognosis penyakitnya
R/ : untuk mengukur sejauh mana klien mengetahui tentang penyakitnya
3.Berikan informasi yang lengkap mengenai penyakit klien.
R/ : informasi yang lengkap dapat menambah pengetahuan klien sekaligus mengurangi tingkat kecemasa
4.Berikan informasi yang akurat jika klien membutuhkan informasi tentang penyakitnya.
R/ : pemberian informasi yang akurat dapat menambah informasi tentang penyakit yang dialami klien

6. Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan
tujuan : klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria.

1.kaji tingkat ansietas klien terhadap penyakitnya
R/ : untuk mengukur tingakt kecemasan klien terhadap penyakitnya guna implementasi selanjutnya.
2.Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
R/ : sebagai tolak ukur untuk memberikan informasi selanjutnya mengenai penyakit yang di alaminya.
3.Berikan informasi klien tentang penyakitnya.
R/: Informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemassan klien terhadap penyakitnya
4.Berikan dorongan pada klien dalam menghadapi penyakitnya.
R/: Dorongan yang adekuat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien sekaligus memberikan perhatian kepada klien.
5.Libatkan keluarga klien dalam proses pengobatan
R/: Keluarga klien memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan dan menurunkan tingkat kecemasan klien.


d.Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.

E.Evaluasi
1.Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri
2.Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik
3.Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik
4.Pola koping klien adekuat
5.Klien dapat mengeti dengan penyakitnya
6.klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria. Read More...

Selasa, 20 Januari 2009

MEREKAPUN PERNAH GAGAL

“Kegagalan adalah jalan menuju kebesaran”
Rasulullah sangat akrab dengan masa-masa sulit. Sejak kecil sudah yatim piatu setelah meninggalnya sang ibu. Dan begitu banyak duri dilalui. Dalam dakwahnya pun pernah mengalami masa-masa sulit yang disebut ‘Amul Husni, tahun duka cita dengan wafatnya Khadijah sang istri tercinta dan Abu Thalib paman yang setia membela. Pergi ke thaif pun beliau mendapat cemoohan dan lemparan batu hingga berdarah-darah. Lalu beliau berhijrah. Beberapa kali pernah kalah. Dalam perang Uhud dan perang Hunain. Karena para sahabat terbuai dunia dan merasa besar oleh banyaknya jumlah.

Abu bakar Ash-Shiddiq ra pernah suatu ketika tidak teliti memakan makanan pembantunya yang didapatkannya dari praktek paranormal. Maka setelah tahu ia pun memuntahknnya agar tidak menjadi daging sehingga tak ada sedikit pun kesempatan api neraka yang mampir dan mengalir di tubuhnya.

Umar juga pernah gagal. Di masa jahiliyah ia pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup dan teramat dungu karena menymbah makanan lalu memakannya karena lapar. Tapi itu semua tak mengurangi kebesaran seorang Umar.

Imam Al Ghazali adalah orang yang gemar mencatat ilmu-ilmu yang didapatkan hingga suatu saat dia berjalan membawa hasil ilmunya dan dirampok bawaannya. Perampok merebut bawaannya berupa catatan ilmu. Imam Al Ghazali bersikeras merebutnya, tapi dia malah dicemooh, masa mengandalkan ilmu hanya pada catatan bukan dari hafalan di hati, “Al Ilmu fish shudhuur laa fis suthuur..”
Kegagalan inilah yang melecut dirinya untuk mengambil ibrah dan merubah cara belajarnya dari sekedar pencatat menjadi seorang penghafal. Dan hasilnya sangat luar biasa sebagaimana kita rasakan hingga saat ini. Kegagalan lainnya adalah beliau juga pernah tersesat dalam filasafat ilmu kalam namun akhirnya tersadar dan mengungkapkan kesesatan-kesesatan ilmu filsafat atau ilmu kalam .

Thomas Alfa Edison melalkukan eksperimen listrik sebanyak 10.000 kali dan semuanya gagal, namuntetap dilanjutkan sampai berhasil.

Buku-buku Ibnu Hazm pernah terbakar seluruhnya. Tetapi dia tidak pernah patah arang lalu menyerah. Maka ia mulai menulis kembali kitab-kitabnya dari hafalannya.

Fudhail bin ‘Iyadh, ulama besar yang dulunya perampok besar. Mantan preman kenamaan. Sosok angker yang sangat ditakuti. Bahkan namanya menjadi momok, jaminan garansi dan referensi bagi orang tua saat itu untuk menakuti anak-anak mereka yang tidak patuh. Akhirnya Fudhail bin ‘Iyadh sadar dan menjadi ulama besar. Bahkan beliaulah diantara ulama yang memiliki ketajaman hati bahwa ibadah yang diterima Allah adalah yang ikhlas niatnya karena Allah dan benar caranya menurut tuntunan Rasulullah.

“Para pemenang berpikir tentang apa yang dapat dan akan mereka lakukan. Orang-orang yang gagal berpikir terus tentang apa yang tidak dapat dan seharusnya mereka lakukan”. Read More...

ASKEP WAHAM

Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi pada paska bencana, baik itu kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini merupakan stresor yag menyebabkan stres pada mereka yang mengalaminya. Bila stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan salah satu tandanya adalah waham.


A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari artikel pembaca diharapkan mampu :
1. Mengkaji data yang terkait masalah waham
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan waham
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan waham
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan waham
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah waham
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan waham

B. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Tanda dan Gejala waham adalah :
Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya
punya tambang emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari”
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan
bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya.

Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan:

GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM


D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
3) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a). Mengucapkan salam terapeutik
b). Berjabat tangan
c). Menjelaskan tujuan interaksi
d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
2) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
3) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
4) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
5) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya
6) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
Latihan 1: Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi waham pasien
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
7) Diskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu dan saat ini
8) Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
9) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
10) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
12) Berbicara dalam konteks realitas
13) Bila pasien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya berikan pujian yang sesuai
14) Jelaskan pada pasien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
15) Diskusikan akibat yang terjadi bila pasien berhenti minum obat
tanpa konsultasi


2. Tindakan keperawatan yang ditujukan untuk keluarga
a. Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal
b. Tindakan :
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
2) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
3).Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat,
dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
4).Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan
konsultasi segera


E. EVALUASI
1. Pasien mampu:
a. mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b. berkomunikasi sesuai kenyataan
c. menggunakan obat dengan benar dan patuh
2. Keluarga mampu:
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya
sesuai kenyataan
b.Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien
c.Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh Read More...

ASKEP TRAUMA ESOFAGUS

A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Trauma adalah adalah cedera, baik fisik atau psikis (Dorland, 1998) ,trauma esofagus adalah benda baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tesangkut dan tejepit di esophagus karena tertelan. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

2. Etiologi
pada anak penyebabnya antara lain adalah anomaly congenital, termaksud stenosis congenital, web, fistel trauma esophagus, dan pelebaran pembulu darah. Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.

3. Patofisiologi
Ketika benda asing masuk kedalam esophagus dapat membentuk suatu peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat mengganggu system pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trachea, dimana trachea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.


4. Manifestasi Klinik
Gejalah sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri dipunggung. Terdapat rasa tercekik, rasa tersumbat ditenggorok, batuk, muntah, disfagiah, berat badan menurun, demam, hipersalifasi, regurgitasi dan gangguan napas. pada pemeriksaan fisik terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul prokresif pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronghi, demam abses leher empisema subkutan, berat badan menurun, gangguan pertumbuhan dan obstruksi saluran napas.

5. Penatalaksanaan
Pasien dirujuk di rumah sakit untuk dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskofi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya untuk benda asing, tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segerah dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurai perforasi kecil, segerah dipasang pipa nasogastar agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposteriol dan iteral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya sedangkan bila radiolusen, dapat diketahui benda implamasi periesofagus atau hiperint plamasi hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling defect persisistent. dapat dilakukan tomografi computer. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

7. Komplikasi
laserasi mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. perforasi dapat menimbulkan selulitis local dan fistel esophagus. Gejala dan tanda ferforasi esofagus dan antara lain episema subkutis atau mediastinum. Krepitasi kulit didaerah leher atau dada atau pembengkakan leher, kaku leher, demam, mengigil, gelisa, takikardi, takipnea, nyeri yang menjalar kepunggun, dan retrosternal, epigastrium. penjalaran ke pleura menimbulkan pneumotoraks dan piotoraks. Bila lama berada diesofagus menimbulkan jaringan granulasi dan radang oeriesofagus. benda asing seperti batere alkali menimbulkan toksititas intrinsik local dan sistemik dengan reaksi edema dan implamasi local. Trauma esofagus juga bisa mengakibatkan tumor esofagus dimana bila adanya riwayat tertelan zat korosit yang menyebabkan peradangan kronis pada esofagus yang menyebabkan klaina pada esofagus.


B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
 Nyeri pada saat menelan
 Nyeri substernal
 Perasaan penuh
 Ketakutan dan ansietas
 Penurunan berat badan
 Napas busuk dan batuk
 Suara serak dan batuk
 Paralise diagfragma

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esofagus
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan disfagia
c. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit
d. Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk
e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kuranya informasi mengenai perawatan rumah.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan implamasi pada esofagus



3. Intervensi
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esofagus
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
1. Kaji pola napas klien
R/ : Untuk mengetahui sejauh mana pola napas pasien sebaga indikator intervensi selanjutnya.
2. Pertahankan tira baring jika kondisi memerlukannya
R/ : Tira baring dapat membantu relaksasi otot-otot pernapasan
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat (posisi semi fowler)
R/ : Posisi semi fowler (posisi duduk 30 sampai 45 derajat) mengurangi penekanan abdominalis terhadap diafragma.
4. Hindari posisi terlentang
R/ : Posisi terlentang dapat membuat penekanan abdominalis terhadap diafragma sehingga ekspansi paru tidak maksimal.
5. lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan
R/ : Pengisapan orotrakeal membantu pengeluaran mukus yang menyumbat jalan napas.



b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan disfagia
Tujuan : Masukan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang
1. kaji kemampuan pasien untuk menelan cairan dan makanan
R/ : Untuk mengidentifikasi kemampuan pasien menelan cairan dan makanan guna intervensi selanjutnya.
2. Ukur masukan dan haluaran
R/ : Untuk mengetahui seberapa banyak kebutuhan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan klien.
3. Beri dukungan kepada pasien untuk mengunya makanan dengan baik, untuk mengigit dalam jumlah kecil, dan untuk makan pelan
R/ : Jika makanan dalam bentuk halus maka membantu proses pencernaan
4. Bantu pemberian makanan jika perlu
R/ : Membantu pemenuhan nutrisi klien
5. Bantu dalam pemasangan selang NG jika dipesankan
R/ : Membantu pemenuhan nutrisi dengan selang NG
6. Libatkan ahli gizi dalam bantuan perencanan tipe khusus dari makanan
R/ : Untuk pemenuhan nutrisi yang seimbang.



c. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri
1. Kaji nyeri, lokasi, karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeri
R/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya
2. Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi)
R/ : Pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri
3. Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam
R/ : Posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.
4. Berikan analgesik jika dipesankan
R/ : Analgesic dapat mengurangi nyeri.
d. Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk
Tujuan : Pasien atau orang terdekat memberikan perawatan mengungkapkan rasa takut dan ansietas dan menggunakan mekasisme koping efektif
1. Kaji kemampuan pasien dan orang terdekat untuk mengkomunikasikan perasaan
R/ : Mengkomunikasikan/mendiskusikan masalah dapat membantu mengurangi rasa cemas.
2. Bantu dalam menangani reaksi emosional terhadap proses penyakit
R/ : Membantu klien menangani masalah membuat klien dan keluarga merasa diperhatikan serta tidak merasa sendirian.

3. Dorong dan berikan waktu untuk mengungkapkan masalah
R/ : Mengungkapkan masalah dapat membantu menghilangkan rasa cemas.
4. Kambangkan arti komunikasi jika pasien mengalami kesukaran berbicara
R/ : Komunikasi yang baik dapat membantu menyelesaikan masalah dan mengurangi kecemasan.
e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangya informasi.
Tujuan : Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi.
1. Intruksikan pasien atau orang terdekat mengenai tipe dan perawatan selang yang diperlukan untuk selang gastrostomi
R/ : Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan selang gastrostomi
2. Diskusikan dan ajarkan penatalaksanaan nyeri dan pemberian injeksi jika dipesankan
R/ : Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai proses penatalaksanaan penyakit.
3. Diskusikan jadwal radiasi atau penatalaksanaan kemoterapi.
R/ : Penatalaksanaan kemoterapi menjadi suatu masalah berhubungan dengan efek yang ditimbulkannya.
4. Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan perjanjian evaluasi dengan dokter
R/ : Evaluasi dokter menjadi sumber informasi pada klien dan keluarga.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
1. Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
R/ : Untuk mendeteksi sedini mungkin adanya tanda-tabda infeksi
2. Periksa tanda-tanda vital, demam, mengigil
R/ : TTV merupakan acuan terjadinya Infeksi
3. Tekankan higiene personal
R/ : Personal hygiene dapat mencegah timbulnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi
4. Kolaborasi mengenai pemberian antibiotik
R/ : Pemberian antibiotic dapat mencegah infeksi


4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.







5. Evaluasi
a. Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
b. Masukan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang
c. Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada relaksasi
d. Pasien atau orang terdekat memberikan perawatan mengungkapkan rasa
e. Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi.
f. Tidak terjadi infeksi Read More...

CA. COLON

A. KONSEP MEDIS

1. PENGERTIAN
Ca Colon adalah adenokarsinoma dari kolon berbentuk keras massa nodular yang tumbuh secara tidak teratur dan sering luka dan menyebabkan perdarahan.

2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon tidak diketahui tetapi faktor resiko telah teridentifikasi antara lain:
a. Riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga
b. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
c. Diet tinggi lemak, protein, dan daging serta rendah serat

3. INSIDEN
Usia, umumnya kanker kolorektal menyerang lebih sering pada usia tua. Lebih dari 90 persen penyakit ini menimpa penderita diatas usia 50 tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahunpun dapat saja terkena. Sekitar 3 % kanker ini menyerang penderita pada usia dibawah 40 tahun.
Polyp kolorektal, adalah pertumbuhan tumor pada dinding sebelah dalam usus besar dan rektum. Sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Kebanyakan polyp ini adalah tumor jinak, tetapi sebagian dapat berubah menjadi kanker. Menemukan dan mengangkat polyp ini dapat menurunkan resiko terjadinya kanker kolorektal.
Riwayat kanker kolorektal pada keluarga, bila keluarga dekat yang terkena (orangtua, kakak, adik atau anak), maka resiko untuk terkena kanker ini menjadi lebih besar, terutama bila keluarga yang terkena tersebut terserang kanker ini pada usia muda.



4. PATOFISIOLOGI

Tumor dapat berupa massa polipoid, besar, tumbuh kedalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura anular(mirip cincin). Lesi anular lebih sering pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Secara histologis, hampir semua kanker usus adlah adenokarcinoma(terdiri atas epitel kalenjar) dan dapat menyekresi mucus yang jumlahnya berbeda-beda. Tumor dapat menyebar melalui infiltrasi langsung ke stuktur yang berdekatan,seperti ke dalam kandung kemih,melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon,dan melalui aliran darah,biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah kesistem portal.pronhnosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan sub mukosa pada saat sekresi lebih buruk bila terjadi metastasis ke kelejar limfe.


5. MANIFESTASI KLINIK
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi.Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defikasi, pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua.Gejala dapat juga mencakup anemia, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.

6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pengujian darah samar
Enema barium
Proktosigmoidoskopi
Kolonoskopi
Pemeriksaan Karsinoembrionik (CEA)
Pengobatan medis untuk kanker kolon paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan.Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah.Pilihan mencakup kemoterapi,terapi radiasi,dan imunoterapi.
Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode praoperatif,intraopeatif,dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor,mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan .dan untuk mengurangi risiko kekembuhan.





DAFTAR PUSTAKA


Brunner & suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. EGC: Jakarta.
Ingram,Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperwatan Medikal Bedah Vol 1. EGC: Jakarta.
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6. EGC: Jakarta. Read More...